Main » 2009 » October » 31 » DOKTRIN GEREJA (EKKLESIOLOGI) DALAM KITAB WAHYU
DOKTRIN GEREJA (EKKLESIOLOGI) DALAM KITAB WAHYU
3:04 PM

DOKTRIN GEREJA (EKKLESIOLOGI)

 DALAM KITAB WAHYU

 

Pendahuluan

            Gereja merupakan satu pokok pembahasan yang unik sepanjang tulisan Perjanjian Baru. Gereja dalam kitab Wahyu memiliki penekanan yang cukup menarik. Alasannya adalah pembahasan tentang gereja dalam kitab Wahyu bukan hanya tentang tata cara ibadah, kebiasaan jemaat, kondisi jemaat seperti yang terdapat dalam kitab-kitab lain, tetapi kitab Wahyu juga menekankan kehidupan gereja pada Emasa yang akan datang, pada Emasa akhirnya nanti. Kitab Wahyu juga merupakan kitab yang menggambarkan kondisi gereja atau jemaat seutuhnya yaitu yang bersifat alamiah dan surgawi; bercacat cela dan kudus; ada kegagalan dan kemenangan dan lain sbegaainya.[1] Jika kitab Wahyu merupakan klimaks dari Perjanjian Baru dan klimaks dari kisah kehidupan mansia, maka dalam kitab ini juga membahas tentang klimaks dari gereja. Pembahasan gereja dalam kitab Wahyu adalah sebagai berikut

 

Istilah yang Digunakan Untuk Menjelaskan Gereja

            Dalam kitab Wahyu kata gereja tidak disebutkan atau tidak ada, ini bukan berarti dalam kitab Wahyu tidak ada pembahasna tentang gereja. Istilah yang dipakai untuk menjelaskan tentang gereja dalam kitab Wahyu menggunakan bahasa Yunani ekklhsias. kata tersebut dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dalam kata jemaat. Kata ini dalam kitab Wahyu muncul sebanyak 7 kali dan ini dipakai dalam membahas ketujuh jemaat yang menerima surat dari Yohanes. Jadi kata jemaat dalam kitab Wahyu hanya terdapat dalam pasal 2 dan 3. Istilah yang digunakan dalam kitab Wahyu yang merujuk kepada pengertian tentang jemaat antara lain[2]

  1. Takhta sorga (kitab Wahyu sebanyak 41 kali menjelaskan keadaan sebenarnya tentang kerajaan rohani Kristus, misal 1:4; 3:20). Takhta itu dikelilingi 4 makluk hidup, 24 tua-tua, orang percaya yang tidak terhitung jumlahnya. Takhta ini merupakan penggambaraan tentang keadaan sebenarnya dari jemaat rohani.
  2. Orang-orang kudus yang berjubah putih (7:9-17).
  3. Mempelai perempuan yang siap dengan dandannya (19:7-8; 21: 2,9).
  4. Jemaat adalah kaki dian eEmas (1:12, 20; 2:1).
  5. Orang-orang yang berasal dari berbagai bangsa dan negara yaitu mereka yang tertebus bagi Allah, menjadi warga kerajaan Allah dan imamat-Nya (5: 8-14; 7:1-17).

 

Nilai-Nilai Penting dalam Kitab Wahyu tentang Ekklesiologi

            Pembahasan tentang gereja dalam kitab Wahyu merupakan pembahasan yang unik karena dalam kitab Wahyu gereja tidak hanya dibatasi sebagai gereja secara fisik, atau gereja yang nyata dilihat oleh mata tetapi Wahyu juga membahas tentang gereja rohani. Selain itu, gereja yang dimaksudkan dalam Wahyu bukan hanya gereja yang ada pada saat itu tetapi juga gereja yang ada pada saat ini. Hal ini dikarenakan oleh sifat kitab ini yang pemberitaannya tidak dibatasi oleh waktu, tempat dan keadaan. Hal-hal yang menarik tentang gereja dalam kitab Wahyu adalah sebagai berikut:

            Pertama, berdasarkan adanya ketujuh surat kepada ketujuh jemaat menunjukkan bahwa tujuh gereja lokal dan gereja dalam kitab Wahyu tersebut merupakan satu tubuh Kristus.[3] Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan penafsiran dalam Wahyu 1:16. Dalam ayat tersebut ditegaskan bahwa Yesus berada di tengah-tengah kaki Dian Emas. Bagian ini tidak dapat dijelaskan secara harafiah atau berdasarkan dengan batasan ruang dan waktu. Ini merupakan bentuk persatuan jemaat-Nya di dalam rohani, dimana Allah berkuasa atas jemaat yang adalah tubuh Kristus.[4]  Jadi jelas bahwa jemaat atau konsep gereja dalam kitab Wahyu adalah tubuh Kristus yang berada dibawah kekuasaan Kristus.

            Kedua, pembahasan  tentang geraja dalam kitab Wahyu adalah Yesus berada ditengah-tengah jemaat dan Ia tahu secara mendalam kehidupan jemaat. Pengetahuan Yesus tentang kondisi jemaat lebih dari pada yang disadari oleh jemaat itu sendiri.[5] Hal tersebut dapat dilihat dalam surat-surat yang ditujukan kepada ketujuh jemaat. Dalam surat tersebut memiliki struktur yang sama, ada pujian, teguran dan juga janji. Kemahatahuan Yesus tentang kondisi jemaat menegaskan bahwa Yesus adalah kepala jemaat atau Gereja. Jadi point yang kedua adalah gereja merupakan tubuh Kristus dan Yesus sebagai kepala gereja yang mengetahui secara pasti kondisi jemaat.

            Ketiga, Hal yang dapat dilihat dalam kitab Wahyu tetang gereja adalah liturgi yang benar ketika melaksanakan ibadah dihadapan Allah. Ibadah merupakan sumbangan utama kitab Wahyu mengenai jemaat atau gereja. Dalam kitab Wahyu fokus penyembahan adalah Allah dan Anak Domba. Hal tersebut dapat dilihat dalam pasal 4 dan 5 di dalam bagian tersebut dijelaskan bahwa para penyembah menyanyikan suatu pujian.[6] Kata penyembahan dalam kitab Wahyu berupa kata kerja yaitu kyneoo. Kata ini dipakai sebanyak 24 kali dari 59 kali pemakiannya dalam PB.[7]  Jika dilihat dari penggunaan istilah dalam kitab Wahyu yang menjadi siononim kata jemaat adalah takhta sorga, dalam pasal 4 dan 5 dijelaskan tentang suasana takhta sorga yang penuh dengan pujian, maka jelas gereja dalam Wahyu adalah gereja yang memuji Allah dan Anak Domba dan hal tersbut merupakan fokus kehidupan jemaat. Selain kebiasaan memuji dan menyembah dalam kehidupan jemaat dalam Wahyu 1:3 dapat dilihat bahwa dalam pertemuan-pertemuan jemaat membaca Alkitab merupakan sesuatu yang biasa terjadi dan harus terjadi.[8] Selain kedua hal diatas yaitu memuji dan membaca Alkitab berdoa juga menjadi tekanan kitab Wahyu. Tentang hal ini Leon Morris menyatakan bahwa “keempat mahkluk hidup dan kedua puluh empat tua-tua yakni mereka yang paling dekat dengan tahkta Allah, sedang memegang cawan penuh kemenyan “itulah doa orang-orang kudus’ (5:8)”.[9] Jadi penyembahan kepada Allah dan kepada Anak Domba, persekutuan dengan firman dalam pertemuan jemaat merupakan suatu kehidupan gereja atau jemaat yang dicatat dalam kitab Wahyu.

             Kempat, Jemaat dikatakan sebagai kaki Dian Emas. Hal ini berarti jemaat merupakan terang dan menjadi alat menarik banyak orang untuk datang kepada Kristus.[10] Selain itu jemaat sebagai terang juga berarti jemaat seharusnya dapat menuntun orang percaya melaksanakan kehendak Allah dan menjadi orang yang berkenan di hati Allah. Jadi dengan kata lain jemaat seharusnya menjadi saksi tentang kemuliaan Kristus dan menjadi alat untuk membahwa orang lain untuk percaya kepada Kristus. Pembahasan tentang kaki dian ini Yesus berada diantara kaki Dian Emas menunjukan tentang penyertaan-Nya, kerjasama dan kesatuan-Nya dengan jemaat dan ini berarti memberikan jaminan kepada jemaat untuk tetap bertahan. Jemaat secara fisik mungkin hilang karena adanya penganiayaan tetapi gereja atau jemaat secara rohani tetap ada dan terus ada karena Kristus memberikan kekuatan.[11]

 

Aplikasi

            Jika gereja adalah satu di dalam Kristus, maka tidak seharusnya gereja sekarang saling menuding dan menghakimi antara yang benar dan yang salah. Tugas gereja sebagai sesama tubuh Kristus adalah menegur sesama anggota tubuh Kristus bukan untuk menghakimi dan menjahui. Gereja sebagai satu dalam tubuh Kristus dan Kristus menjadi kepala yang menyelidiki dan mengetahui kondisi jemaat sama yang paling dalam maka gereja tidak boleh main-main dalam kehidupannya, gereja harus benar-benar mendisiplin diri dalam hidup benar dihadapan Tuhan. Selain itu, gereja harus menyerahkan diri secara total untuk dikoreksi oleh Tuhan sehingga gereja dapat semakin bertumbuh di dalam Tuhan. Jika Tuhan mengetahui segala yang dilakukan oleh gereja maka gereja harus menuruti tuguran Tuhan.

Dalam kitab Wahyu dijelaskan tentang kehidupan gereja dalam liturgi. Bagian ini meliputi kehidupan penyembahan atau puji-pujian; kehidupan alam persekutuan firman dan kehidupan doa, maka seharusnya gereja saat ini juga hidup dalam semuanya itu. Kondisi jemaat atau gereja yang memuji, bersekutu dalam firman dan hidup dalam persekutuan doa bukan hanya kondisi nanti ketika gereja atau jemaat berada dalam kerajaan Allah tetapi juga sekarang persekutuan tersebut harus dimiliki oleh jemaat Tuhan saat ini. Persekutuan dengan Tuhan pasti dialami oleh gereja yang setia sampai pada akhirnya namun suasan persekutuan dengan Allah harus ada pada gereja masa kini. Kehidupan gereja adalah kehidupan yang memberikan kesaksian tentang Kristus dalam dirinya, dalam hal ini gereja tidak boleh takut untuk menjadi saksi karena Yesus terus menyertai dalam kesetiaan gereja Tuhan akan diperhitungkan oleh Allah.

 

 

KEPUSTAKAAN

 

Gunthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 3. Jakarta: Gunung Mulia,1993.

Morris, Leon. Teologi Perjanjian Baru.  Malang: Gandum Emas, 2001.

Sutrisna. Seruan Kristus bagi Gereja-Ny. Bandung: Mitra Pustaka dan Literatur Perkantas, 2004.

Wongso, Peter. Eksposisi Doktrin Alkitab Kitab Wahyu. Malang: SAAT, 1996.

 



[1] Peter Wongso, Eksposisi Doktrin Alkitab Kitab Wahyu, (Malang: SAAT, 1996), 136

[2] Ibid.

[3] Donald Gunthrie, Teologi Perjanjian Baru 3, (Jakarta: Gunung Mulia,1993), 120

[4] Peter Wongso, Eksposisi Doktrin Alkitab…, 135

[5] Sutrisna, Seruan Kristus bagi Gereja-Nya, (Bandung: Mitra Pustaka dan Literatur Perkantas, 2004), 28

[6] Donald Gunthrie, Teologi Perjanjian Baru 3, 121

[7] Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Emas, 2001), 413

[8] Ibid., 122

[9] Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru, 414

[10] Peter Wongso, Eksposisi Doktrin Alkitab…, 134

[11] Ibid., 135

Views: 2172 | Added by: heri | Rating: 0.0/0 |
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *: