INJIL GNOSTIK | 8:27 AM |
INJIL GNOSTIK
Khasanah Gnostik
adalah kumpulan tulisan yang dijilid (kodeks) dalam bahasa koptik yang
ditemukan di Mesir di perpustakaan Chenoboskion yang lebih dikenal di
lokasi Nag Hamadi di tepi sungai Nil di Mesir. Penemuan itu terjadi pada
tahun 1945 dan kemudian baru pada tahun 1957 dikenal luas setelah diterjemahkan
ke dalam bahasa Inggeris. Perpustakaan itu berasal dari abad-3-4M dan berisi
tulisan-tulisan berfaham Gnostik, sedangkan kita mengetahui bahwa faham Gnostik
baru berkembang sekitar abad-2-3M di sekitar Palestina. Dalam khasanah
Gnostik di Nag Hamadi terkumpul sebanyak 13 kodeks papirus yang dijilid dengan
sampul kulit (perkamen) dan seluruhnya terdiri dari 52 traktat Gnostik,
termasuk 3 karya Corpus Hermeticum dan terjemahan karya Plato
‘Republik.’ Setelah melalui berbagai tangan di pasar gelap barang antik,
sebagian besar khasanah Gnostik itu akhirnya terkumpul dan disimpan di Museum
Koptik di Kairo, Mesir. Dari khasanah Gnostik itu, 5 diantaranya disebut
Injil, yang memuat percakapan Yesus yaitu Injil Thomas, Injil Filipus,
Injil Maria, Injil Mesir, dan Injil Kebenaran. Dari kelima
Injil itu, Injil Thomas-lah yang paling terkenal karena ditemukan lengkap.
Injil Thomas paling diminati para penganut Jesus Seminar dan dianggap
sebagai Injil Kelima (The Five Gospels, Scribner, 1996) hingga
dapat dimengerti mengapa pengikut Jesus Seminar cenderung bernafaskan Gnostik
juga. Injil Gnostik
tidak ada satu pun yang sesuai dengan Injil Perjanjian Baru dari abad-1M. Ciri
khas dari Injil gnostik adalah percakapan rahasia antara Yesus dengan
murid-murid-Nya dimana ajaran gnostik diajarkan di dalamnya. Khasanah atau pustaka Gnostik dimiliki komunitas Gnostik
di Mesir waktu itu yang mungkin karena adanya tentangan karya tulis mereka
disembunyikan. Ajaran Gnostik adalah ajaran mistik
esoterik yang kemudian dipercayai secara sinkretis dengan kekristenan oleh para
pengikutnya. Gnostik berasal dari bahasa yunani ‘Gnosis’ yang artinya
‘pengetahuan rahasia’ yang diungkapkan kepada manusia. Aliran gnostik menawarkan
pengetahuan rahasia mengenai realita ilahi. Percikan atau benih ilahi yang baik
itu jatuh dari realitas yang transenden ke dua materi yang jahat, dan
terpenjara dalam tubuh manusia. Dibangunkan oleh pengetahuan rahasia, percikan
api ilahi itu dapat kembali ke dunia dimana dia sebenarnya berasal yaitu dunia
spiritual yang transenden. Bagi para pengikut gnostik, ada sumber
kebaikan tertinggi yang disebut pikiran Ilahi yang esa yang berada dialam
spiritual diluar alam materi ini yang pada dasarnya baik. Pikiran ilahi yang
lebih rendah dipancarkan keluar dari sumber itu secara bertingkat. Yang
terakhir dari seri pancaran itu adalah ‘Sophia’ (hikmat) yang mengandung
keinginan untuk mengetahui sumber kebaikan yang tidak diketahui itu. Keinginan
ini menghasilkan bayangan ilahi yang cacat dan jahat atau ‘Demiurge’
yang diyakini sebagai yang menciptakan alam semesta. Percikan ilahi yang
mendiami manusia jatuh ke alam materi untuk membebaskan kemanusiaan.
Orang-orang Gnostik menganggap demiurge sebagai Yahweh Perjanjian Lama yang
menciptakan langit dan bumi untuk memelihara kemanusiaan dari keinginan mereka
kembali kepada sumbernya. Graham Stanton, ahli Perjanjian Baru Inggeris merumuskan keyakinan Gnostik Kristen secara
sederhana sebagai: "dunia adalah tempat yang jahat diciptakan
oleh Tuhan yang jahat (Yahweh), dan yang berbalikan dari Tuhan yang benar dan
Esa. Pengikut Gnostik kristen menganggap diri mereka sebagai keturunan Tuhan
yang esa itu, dan sebagai percikan ilahi yang terkurung dalam dunia yang jahat ini.
Kristus dikirim untuk mengingatkan pengikut Gnostik mengenai hakekat diri
mereka yang sebenarnya. Kristus memberitakan rahasia (gnosis) pada para
pengikut Gnostik agar mereka dapat melepaskan diri dari dunia yang jahat ini
dan kembali kepada Tuhan yang benar.” (Gospel Truth? hlm.87). Manusia sebagai keturunan Ilahi yang esa itu
memiliki percikan kekuatan Ilahi itu, namun ia terkurung dalam penjara tubuh
materi. Berbeda dengan kepercayaan Kristen, gnostik mengajarkan bahwa setiap
orang bisa berhubungan dengan pikiran Ilahi itu dan keselamatan terletak dalam
membangunkan percikan api Ilahi itu dan kembali menyatu kedalam pikiran Ilahi
(pandangan mistik/kebatinan). Untuk mencapainya dibutuhkan seorang pembimbing
rohani yang dikalangan gnostik-kristen disebut Kristus. Bagi Gnostik, Kristus mengajarkan
ucapan-ucapan rahasia sehingga mereka yang mengerti bisa mencapai ke’Ilahi’an
mereka sama seperti Kristus. Bagi mereka, Kristus, roh Yesus yang ilahi
mendiami tubuh manusia Yesus, Yesus yang ilahi tidak mati disalib tetapi
dinaikkan ke realita ilahi dimana Ia semula berasal, bahkan dalam Second
Discourse of Seth (ca 200-230) disebutkan Yesus tidak mati disalib. Karena
itu pengikut Gnostik menolak penderitaan dan kematian Yesus yang menebus
manusia dan kebangkitan tubuh. Injil Gnostik
lainnya yang ditemukan kemudian di Muhafazat El-Minya, kira-kira
300 KM disebelah utara Nag Hamadi, pada tahun 1970-an adalah Injil Yudas.
Injil Yudas mulai dikenal khalayak ramai ketika pada bulan April 2006 situs
web National Geographic memuat liputan panjang soal Injil Yudas. Liputan
mana juga difilmkan dan diputar melalui media TV, dan kemudian pada bulan
berikutnya dimuat dalam versi cetak dan menjadi cover story majalah National
Geographic - May 2006 dan versi Indonesianya dimuat dalam edisi National
Geographic - Juni 2006. Injil Yudas ditemukan dalam bentuk papirus
diantara tahun 1950-60 dan menurut perhitungan waktu radiokarbon, papirus itu
ditaksir berasal dari tahun ca 220-340, dan ada yang menyimpulkan sebagai
terjemahan dari naskah asli bahasa Yunani dari tahun ca 130-180. Yang jelas,
sekalipun disebut berjudul Injil Yudas, Injil itu tidak mengklaim diri sebagai
ditulis oleh Yudas (Iskariot). Injil
Yudas mulai menarik perhatian pada tahun 1970 ketika dicuri keluar Mesir dan
kemudian muncul ke pasar antik Jenewa pada tahun 1983, dan mulai diperkenalkan
pada konperensi Koptik di Paris pada 2004. Setahun kemudian diberitakan bahwa
naskah itu akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris, Perancis dan Jerman.
Pada tahun 1999 baru diketahui sebanyak 26 halaman, kemudian berangsur-angsur
dapat dikumpulkan dua-pertiga dari naskah lengkap 62 halaman itu pada awal
tahun 2006. Pada bulan April 2006, National Geographic mengumumkan selesainya
terjemahan Injil Yudas ke dalam bahasa Inggeris (terjemahan bahasa
Indonesianya diterbitkan oleh Gramedia dan dirilis pada tanggal 29 Juni 2006
bersama dengan buku ‘The Lost Gospel’ (Injil yang Terhilang). Memang, dalam catatan sejarah gereja, Irenius
dari Lyons pernah menyebut mengenai Injil Yudas sebagai sejarah fiktif
dalam tulisannya ‘Adversus Haereses’ (180) yang kemudian dikutip oleh Origenes
dalam tulisannya ‘De Stromateis’ (230). Pada tahun 375, Epiphanes,
uskup Salamis, juga menolak Injil Yudas. Apakah Injil Yudas yang disebutkan
oleh Irenius, Origenes dan Epiphanes sama dengan Injil Yudas yang baru
ditemukan itu memang tidak pasti, yang jelas Irenius menyebut Injil Yudas yang
disebutnya sebagai sesat karena tidak merupakan fakta sejarah dan mengandung
ajaran Gnostik ini dikuatkan oleh Origenes dan Epiphanes. Bila perkiraan
perhitungan waktu penulisan Injil Yudas baru itu benar, mungkin Injil Yudas
itulah yang dimaksudkan oleh Irenius. Isi dari Injil Yudas memang bersifat gnostik
sama halnya dengan tulisan-tulisan yang ditemukan dalam pustaka Gnostik di Nag
Hamadi. Bagi Gnostik memang kematian Yesus diatas salib sebagai penebus tidak
ada artinya, itulah sebabnya dalam Injil Yudas kesan Yesus sebagai korban yang
disalibkan menjadi kabur dan Yudas dijadikan pahlawan. Injil Yudas diawali
kalimat berbunyi: "Isi Rahasia Wahyu yang dikatakan Yesus dalam
percakapannya dengan Yudas,” dan rahasia itu juga mengungkapkan bahwa yang
dimengerti para murid Yesus selama ini salah arah. Yang jelas, isi Injil Yudas berbalikkan
dengan berita Injil yang selama ini dipercayai gereja, misalnya ucapan Yesus
yang mengingatkan para muridnya bahwa "mereka selama ini salah jalan."
Dalam injil ini, Yudas digambarkan secara positif sebagai murid yang paling
disukai Yesus, setia dan taat akan perintah Yesus dan bukan sebagai seseorang
yang menyerahkan Yesus. Yesuslah yang menyuruh Yudas untuk menyerahkan diri
Yesus. Injil ini tidak mengklaim bahwa para murid lainnya setuju dengan
pemikirannya, tetapi inti Injil ini menyebutkan bahwa para murid Yesus lainnya
belum mengerti Injil yang benar yang hanya diajarkan oleh Yesus secara rahasia
kepada Yudas. Itulah sebabnya ada gambaran dalam ‘Injil Yudas’ bahwa ia mati
karena dilempari batu oleh murid-murid lainnya. Dalam beberapa kesempatan Yesus
disebutkan mengkritik para muridnya akan ketidak acuhan mereka. Kalau begitu,
apakah banyak Injil Gnostik yang dianggap ditulis para murid Yesus yang lain
seperti Injil Thomas juga salah arah karena penulisnya kurang mengerti gnosis
sebenarnya? Dari berbagai sumber. | |
Views: 2204 | Added by: heri | Rating: 0.0/0 | |
Total comments: 0 | |