TENAGA DALAM | 8:06 AM |
TENAGA DALAM I.
Pendahuluan Dalam
kehidupan manusia khususnya orang-orang Tenaga dalam dapat dikategorikan dalam dua
golongan. Tenaga dalam kategori ilmu putih dan tenaga dalam kategori ilmu
hitam. Mengutip perkataan Chaplin, Pondsius dalam bukunya Ilmu Hitam dan Ilmu Putih,
mengatakan bahwa Ilmu Hitam secara praktis sama dengan guna-guna atau sihir.
Hal itu adalah ilmu yang diarahkan untuk merusakkan orang lain, hewan, atau
menajiskan lembaga atau ilah. Yang termasuk didalamnya adalah guna-guna atau
sihir dan mantera atau kejadian yang diadakan dengan bantuan roh temasuk
didalamnya tenaga dalam. Sebaliknya ilmu putih adalah satu istilah yang dipakai
untuk memberi ciri khas kepada usaha untuk menangkal jampi-jampi atau untuk
menggunakan kuasa-kuasa supra alami untuk kebaikan lebih dari pada kejahatan
yang salah satu didalamnya termasuk tenaga dalam[1]. Istilah “tenaga dalam” tidak pernah
digunakan dalam Alkitab. Alkitab membicarakan keberadaan manusia sebagai
makhluk yang memiliki dua unsur, roh dan tubuh, yang keduanya menyatu, tak
terpisahkan. Maka dalam Alkitab mengungkapkan banyak data tentang bagian dalam
yang tidak terlihat dari manusia yang biasanya disebut diri, batin, atau hati. Namun
perlu diingat bahwa Alkitab tidak pernah
membicarakan suatu daya atau kekuatan lebih yang muncul dari dalam tubuh manusia untuk
melakukan sesuatu yang diluar kemampuan manusia. Alkitab hanya membicarakan
suatu keajaiban atau mujizat yang supranatural. Penyembuhan yang tercatat dalam
Alkitab tidak dapat dipahami sebagai penggunaan tenaga dalam. Alkitab tidak
pernah mengungkapkan masalah ajian-ajian tertentu. Bahkan kekuatan yang
dimiliki Simson atau tokoh-tokoh Alkitab yang perkasa, bukan karena mereka
memiliki tenaga dalam tetapi karena Roh Kudus. Namun demikian Alkitab juga
mencatat ada beberapa kejadian yang jelas berkaitan dengan kuasa kegelapan
seperti dalam cerita Baryesus di Kisah Rasul 13:6, Baryesus mempraktekkan ilmu
hitam ( sihir) dan ilmu putih ( sebagai nabi palsu yang tentunya bernubuat
palsu ). II.
Pandangan Alkitab mengenai Tenaga Dalam Tetapi
ketika kita menanyakan, “Apa kata Alkitab tentang tenaga dalam?” Maka tidak
dapat disangkal bahwa yang dibicarakan adalah bagian manusia yang dalam.
Sepertinya bagian yang tak terlihat itu memiliki kekuatan yang dahsyat. Dengan
demikian, kita harus melihat sisi lain ketika mempertanyakan, “Apa kata Alkitab
tentang tenaga dalam?” Pada akhirnya, ia harus memberi jawab atas petanyaan,
“Bolehkah orang kristen memiliki dan menggunakan tenaga dalam?” Firman Tuhan dengan jelas mengatakan bahwa
tenaga atau kekuatan yang dari dalam itu hanya muncul karena dua unsur seperti
yang pernah terjadi dalam peristiwa Musa dan Harun di hadapan raja Firaun. Di
atas kemampuan manusia biasa bekerja dua kuasa : kuasa Allah atau kuasa iblis[2].
Hal yang perlu diperhatikan ketika peristiwa Musa dan Harun di hadapan raja
Firaun adalah apakah kemampuan yang dimiliki Musa dan Harun dan ahli-ahli mesir
itu merupakan kemampuan manusia?. Hal ini gampang sekali untuk dijawab, karena
jelas sekali bahwa perbuatan yang mereka lakukan adalah perbuatan yang diluar
kekuatan manusia. Sementara Musa dan Harun jelas mempergunakan kekuatan Allah
karena mereka diutus Allah ( Kej 7:8-9) maka orang-orang berilmu dari Firaun
adalah menggunakan sihir dan mantera-mantera mereka (Kej II.a Tak ada kesamaan Harus diakui bahwa
di kalangan Kristen sendiri tidak ada
kesamaan pendapat tentang tenaga dalam. II.b Sikap Orang Kristen
Terhadap Tenaga Dalam Ketika kita mencoba
menyikapi tenaga dalam, ada dua unsur yang harus diperhatikan. Pertama, Alkitab harus dijadikan dasar
dan kaidahnya. Alkitab memang tidak pernah berbicara secara khusus tentang
tenaga dalam. Tetapi ia berbicara tentang prinsip-prinsip kehidupan iman,
didalamnya juga terdapat prinsip untuk menilai dan mengambil keputusan. Kedua, Allah mengajar untuk tidak
menghakimi tanpa dasar. Segala sesuatu harus memiliki alasan untuk ditolak atau
diterima. Demikian juga dengan tenaga dalam, kita perlu memperhatikan
seluk-beluk tenaga dalam sebelum menyikapinya. Ketika menelaah
problematika di seputar tenaga dalam. “Kesucian” pendekar
dan pengguna tenaga dalam yang menggunakan kekuatan itu untuk berbuat baik,
patut diteladani dalam arti tindakannya bukan ilmunya. Sering kita jumpai,
orang begitu tulus hati dalam berbuat baik dengan tenaga dalamnya. Bahkan perbuatan itu sering lebih baik
daripada sebagian orang Kristen yang tidak bertanggung jawab atas imannya. Kita
yang telah mengenal Kristus dan ditebusNya, sudah seharusnya berbuat baik.
Kebaikan kita bukan berasal dari keinginan tertentu, tetapi dimotivasi oleh
Kristus. Ia yang telah menyelamatkan, menghendaki perubahan dari kehidupan
kita. Lebih dari itu, perbuatan baik kita memang sudah sewajarnya ada, karena
barang siapa yang mengakui dirinya percaya, maka buah Roh yaitu kebaikan, harus
tampak (Gal.5:22). Kita harus termotivasi oleh “kesucian” para pendekar tenaga
dalam untuk melakuakn perbuatan baik, dan meningkatkan kualitasnya. Paulus
berkata, “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik,….. Karena itu, selama masih
ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang,….”
(Gal.6:9-10). Kepada Titus, anak bimbingannya, Paulus berpesan, “Dan jadikanlah
dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik” (Tit.2:7). Dari hal ini dapat
dimengerti bahwa bukan pada ilmunya kita meneladani tetapi dari Tenaga dalam
mendorong manusia untuk menanggalkan pencarian spiritualitas yang benar dalam
nilai kekristenan. Banyak alasan yang mereka gunakan untuk mempergunakan ilmu
tenaga dalam, seperti yang diungkapkan Pondsius Takaliuang dalam bukunya Antara
Kuasa Gelap dan Kuasa Terang, para pengguna tenaga dalam yang juga tergolong
mempunyai alasan mengapa mereka menggunakan tenaga dalam, antara lain : untuk
menghormati orang tua, untuk menghormati orang mati, menggunakan nama Trinitas
Allah atau Kitab Suci, pertolongan dengan okultisme mendatangkan kebaikan dan
sukses hidup dan alasan adat-istiadat yang menuntut[7].
Alkitab jelas mengatakan bahwa memperhatikan
yang jasmani itu penting. Tetapi Alkitab juga menekankan bahwa memperhatikan
yang rohani itu jauh lebih penting. Oleh sebab itu, Yesus pernah berkata, “Maka
jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena
lebih baik bagimu jika satu anggota tubuhmu binasa daripada tubuhmu dengan utuh
di campakkan kedalam neraka” (Mat.5:29). Perkataan keras dan ekstrim ini
menandakan bahwa disamping yang jasmaniah, ada hal yang perlu diperhatikan
dengan seksama. Kerohanian!. Justru ditengah maraknya kecenderungan manusia
untuk memikirkan yang jasmaniah belaka, tenaga dalam bagaikan minyak yang
disiramkan ke api yang membara. Di sisi lain, ini merupakan usaha untuk
mengagalkan kebergantungan mutlak manusia pada Tuhan. Tenaga dalam mendorong
manusia untuk mengandalkan dirinya bahkan kepada alam ciptaan Tuhan. Dalam
beberapa catatan, selalu ditekankan bahwa dalam diri manusia terdapat potensi
untuk menjaga kesehatan dan menjaga diri. Kita juga menemukan bahwa salah satu
sumber tenaga dalam itu adalah alam semesta, matahari, bumi, dan udara.
Bukankah ini merupakan upaya untuk mengagalkan Tuhan Semesta Alam dari sisi
terpenting dalam hidup manusia. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Tuhan
yang menurunkan hujan bagi manusia yang jahat dan yang baik. Walaupun
sepertinya hujan itu peristiwa alam, tetapi sebagai umatNya, kita perlu
mengimani bahwa hujan itu anugerah Tuhan. Dalam Perjanjian Lama, kita dapat
menemukan tindakan Tuhan yang menahan air hujan turun di tanah Palestina selama
beberapa tahun karena kesalahan Alkitab memang tidak
pernah menggunakan istilah “tenaga dalam”; dan ia tidak membahas masalah tenaga
dalam. Tetapi perkataan Paulus sungguh sangat menarik. Pada daftar perbuatan
daging yang dicantumkan Paulus dalam Gal.5:19-21, terdapat satu kata yang
sebenarnya mengait secara langsung pada masalah tenaga dalam. Kata itu adalah
“sihir”. Kata ini berasal dari bahasa Yunani “Pharmakia”. Dari kata inilah
muncul kata “farmasi” karena kata ini memang berhubungan dengan obat-obatan. Tetapi
kata yang sama juga berhubungan ilmu sehingga dalam salah satu terjemahan
Alkitab, kata itu diterjemahkan “ilmu gaib”; dan memang, ilmu yang dimaksudkan
adalah ilmu-ilmu metafisika ( yang dikenal sekarang salah satunya sebagi tenaga dalam ). Dalam Alkitab bahasa III.
Kesimpulan Dengan demikian
jelas, bahwa orang Kristen tidak boleh memiliki dan menggunakan tenaga dalam.
Karena didalamnya bukan hanya sekedar membuat dirinya tidak bergantung mutlak
kepada Tuhan. Tetapi justru melihat sesuatu di luar Tuhan.Hal itu sungguh
sangat berbahaya bagi pertumbuhan iman. Beberapa orang mengalami bahwa ,kepercayaan
diri memang makin meningkat, seiring dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai
dalam ilmu tenaga dalam. Tetapi justru pada saat itulah, kehidupan iman seseorang
tidak akan berkembang. Bentuk-bentuk, jenis-jenis, macam-macam
praktek ocultisme bersumber pada tiga keinginan manusia, yang erat sekali hubungannya
dengan kejatuhan manusia pertama kali dalam dosa. Berakar pada keinginan
manusia untuk mempertahankan hidup, keingin tahuan manusia, dan keinginan
berkuasa[8].
Semuanya merupakan ilham dari Iblis dengan menggunakan bermacam-macam cara,
benda, dan bentuk ocultisme. Kesimpulan penulis jelas, apapun nama dan
istilah dari ilmu tenaga dalam itu, setiap orang kristen yang sudah mulai
mencoba, maka ia akan mengalami kemandegan pertumbuhan iman yang akan membawa
kepada kehancuran iman. Hanya satu yang patut di lakukan oleh orang Kristen,
membuat dirinya menjadi manusia yang mewujudkan, “Hidupku bukanlah aku lagi
tetapi Kristus yang hidup di dalamku”. Hidupku bukan untuk diriku. Hidupku
bukan untuk mendapatkan kemuliaan. Hidupku bukan untuk kebesaran diri. Hidupku
adalah bergantung pada dan untuk Kristus. [1] , Ilmu hitam dan ilmu putih, YPII, Batu 1993, hal. 4 [2]
Unarto, Erich, Menyingkap tabir
praktek-praktek kuasa kegelapan, Yayasan Pekabaran Injil Kawanan Domba
Kecil, [3]
Chia, David, Hancurnya Kuasa gelap oleh
Iman, Institut Alkitab dan theologia [4] Pondsius, Ilmu hitam dan ilmu putih, hal. 22-32 [5] Endraswara, Suwardi. Mistik kejawen, sikritisme,simbolisme dan sufisme dalam budaya spiritual jawa. Narasi penerbit, Jakart. 2003, Hal.19 [6]
Patrice Some, Malidoma, Ritual, Power,
Healing and Community, Swan/Raven & Company. [7] Pondsius, Takaliuang, Antara Kuasa Gelap dan Kuasa Terang, YPPII, Batu, 1987, hal 82-84. [8] Pondsius, Antara Kuasa Gelap.hal 29 | |
Views: 6602 | Added by: heri | Rating: 0.0/0 | |
Total comments: 1 | ||
| ||